Jumat, 23 November 2012

Ekologi Manusia Dan Kesadaran Individu Dalam Mengelola Lingkungan


DEFINISI Ekologi Manusia, menurut Amos H Hawley (1950:67) dikatakan, “Human ecology may be defined, therefore, in terms that have already been used, as the study of the form and the development of the community in human population.” (Ekologi manusia, dengan demikian bisa diartikan, dalam istilah yang biasa digunakan, sebagai studi yang mempelajari bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia).


Frederick Steiner (2002:3) mengatakan, “This new human ecology emphasizes complexity over-reductionism, focuses on changes over stable states, and expands ecological concepts beyond the study of plants and animals to include people. This view differs from the environmental determinism of the early twentieth century.” (Ekologi Manusia Baru menekankan pada over-reduksionisme yang cukup rumit, memfokuskan pada perubahan negara yang stabil, dan memperluas konsep ekologi melebihi studi tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan menuju keterlibatan manusia. Pandangan ini berbeda dari determinisme lingkungan pada awal-awal abad ke-20).

 Menurut Gerald L Young (1994:339) dikatakan, “Human ecology, then, is “an attempt to understand the inter-relationships between the human species and its environment” (Dengan demikian ekologi manusia, adalah suatu pandangan yang mencoba memahami keterkaitan antara spesies manusia dan lingkungannya).
Persamaan dari ketiga definisi yang dikemukakan di atas adalah bahwa pengertian “Ekologi Manusia” merujuk pada suatu ilmu (oikos = rumah/tempat tinggal ; logos = ilmu) dan mempelajari interaksi lingkungan dengan manusia sebagai perluasan dari konsep ekologi pada umumnya.
Perbedaaan dari ketiga definisi tersebut adalah pada titik tekan (emphasizes) para pakar dalam mendefinisikan “Ekologi Manusia”, yang masing-masing sebagai berikut. Hawley menekankan pada studi tentang bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia (masyarakat) –dalam kaitannya dengan lingkungan. Steiner menekankan pada era baru ilmu “Ekologi Manusia” yang memperluas dari ekologi yang hanya mempelajari lingkungan tumbuhan dan hewan menuju keterlibatan manusia secara kompleks). Young menekankan pada keterkaitan (interaksi) antara manusia dan lingkungannya saja.
Ruang lingkup Ekologi Manusia menurut Hawley (1950): “Human Ecology, like plant and animal ecology, represents a special application of the general viewpoint to a particular class of living things. It involves both a recognition of the fundamental unity of animate nature and an awareness that there is differentiation within that unity. Man, as we have seen, not only occupies a niche in nature’s web of life, he also develops among his fellows an elaborate community of relations comparable in many important respects to the more inclusive biotic community.” Jadi ruang lingkup Ekologi Manusia menurut Hawley adalah sebagaimana pernyataannya, “Ekologi Manusia, sebagaimana ekologi tumbuh-tumbuhan dan manusia, merepresentasikan penerapan khusus dari pandangan umum pada sebuah kelas khusus dalam sebuah kehidupan. Ini meliputi dua kesadaran kesatuan mendasar dari lingkungan hidup dan kesadaran bahwa ada perbedaan dalam kesatuan tersebut. Manusia, sebagaimana kita tahu, tidak hanya bekerja dalam sebuah tempat jaringan kehidupan, melainkan dia juga mengembangkan di antara anggota-anggotanya sebuah pengalaman hubungan lingkungan yang sebanding dalam tanggungjawab pentingnya atas lingkungan hidup yang lebih terbuka.”
Steiner (2002) menyatakan bahwa ruang lingkup ekologi manusia adalah meliputi: (1) Set of connected stuff (sekelompok hal yang saling terkait); (2) Integrative traits (ciri-ciri yang integratif); (3) Scaffolding of place and change (Perancah tempat dan perubahan).
Kesadaran Individu dalam MasyarakatKesadaran individu dalam masyarakat mengenai lingkungan hidup dan kelestariannya merupakan hal yang amat penting dewasa ini di mana pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan hal yang sulit dihindari. Kesadaran masyarakat yang terwujud dalam berbagai aktifitas lingkungan maupun aktifitas kontrol lainnya adalah hal yang sangat diperlukan untuk mendukung apa yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan penyelamatan lingkungannya.
Kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya bagaimana menciptakan suatu yang indah atau bersih saja, akan tetapi ini sudah masuk pada kewajiban manusia untuk menghormati hak-hak orang lain. Hak orang lain tersebut adalah untuk menikmati dan merasakan keseimbangan alam secara murni. Sehingga kegiatan-kegiatan yang sifatnya hanya merusak saja, sebaiknya dihindari dalam perspektif ini. Oleh karena itu, tindakan suatu kelompok yang hanya ingin menggapai keuntungan pribadi saja sebaiknya juga harus meletakkan rasa toleransi ini.
 Dengan begitu kita bisa mengatakan bahwa kesadaran masyarakat akan lingkungannya adalah suatu bentuk dari toleransi ini. Toleransi atau sikap tenggang rasa adalah bagian dari konsekuensi logis dari kita hidup bersama sebagai makhluk sosial. Melanggar konsekuensi ini juga berarti melanggar etika berkehidupan bersama. Seperti dikatakan Plato bahwa manusia adalah makhluk sosial yang perlu menghargai satu dan lainnya. Demikian juga halnya dengan perspektif lingkungan, hal yang sama juga berlaku di sini.
Kondisi senyatanya dari masyarakat kita mengenai kesadaran lingkungan hidup ini nampaknya masih tercermin seperti apa yang dikatakan P. Joko Subagyo seperti berikut ini, bahwa ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:
1. Rasa tepo seliro yang cukup tinggi, dan tidak terlalu ingin mengganggu.
2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang kehidupan saat ini masih berjalan dengan normal.
3. Kesadaran melapor (jika ada hal-hal yang tidak berkenan dan dianggap sebagai melawan hukum lingkungan) nampaknya masih kurang. Hal ini dirasakan akan mengakibatkan masalah lingkungan semakin panjang.
4. Tanggungjawab mengenai kelestarian alam masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan kembali.
Untuk membahas hal ini, maka dalam bab ini kita akan membahas pada salah satu jenis perusakan lingkungan, yakni pencemaran lingkungan –baik udara maupun air– dan sekaligus membahas mengenai cara menanggulanginya, sebagai bentuk usaha kuratif maupun preventif.
Pencemaran Lingkungan
Umumnya ahli lingkungan membagi kriteria lingkungan hidup dalam tiga (3) golongan besar, yakni:
1. Lingkungan Fisik: segala sesuatu di sekitar kita sebagai benda mati.
2. Lingkungan biologis: segala sesuatu di sekitar kita sebagai benda hidup.
3. Lingkungan sosial, adalah manusia yang hidup secara bermasyarakat.
Keberadaan lingkungan tersebut pada hakekatnya mesti dijaga dari kerusakan yang parah. Suatu kehidupan lingkungan akan sangat tergantung pada ekosistemnya. Oleh karena itu, masyarakat secara terus-menerus harus didorong untuk mencintai, memelihara dan bertanggungjawab terhadap kerusakan lingkungan. Sebab untuk menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai pertanggungjawaban kecuali manusia sebagai pemakai / pengguna itu sendiri. Kerusakan suatu lingkungan akan berakibat pada manusia itu sendiri, dan demikian pula sebaliknya. Lingkungan merupakan unsur penentu dari kehidupan mendatang. Lingkungan alam merupakan prasyarat pokok mengapa dan bagaimana pembangunan itu diselenggarakan. Bagi program pembangunan itu sendiri, apabila pelaksanaannya sesuai dengan program yang telah dijalankan, maka orientasi untuk menjaga lingkungan semesta pun akan bisa dilakukan. Sebaliknya, jika pembangunan dilakukan hanya digunakan untuk mencapai tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi semata, maka hal itu akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup serius. Salah satu produk dari kerusakan lingkungan itu adalah pencemaran, baik air, tanah maupun udara.
Pencemaran air misalnya, bisa dikategorikan melalui ukuran zat pencemar yang diizinkan dibuang pada suatu jangka waktu tertentu. Misalnya satuan berat unsur atau senyawa kimia setiap hari. Atau tingkat konsentrasi zat pencemar dalam air buangan. Misalnya, maksimum ppm. unsur senyawa kimia yang diizinkan. Kemudian jumlah maksimum yang dapat dibuang dalam setiap unit produksi. Misalnya dalam produksi setiap ton kertas tidak diperbolehkan sekian kilogram zat padat dan lain sebagainya. Dengan demikian, di samping perkiraan atas pengaruh yang bersifat kimia, fisis dan biologis, maka dituntut perkiraan mengenai biaya keseluruhan teknologi lingkungannya, usianya, semua fasilitas yang digunakan, teknik penggunaannya, metode operasinya, dan lain-lain.
Pencemaran lingkungan yang berdampak pada berubahnya tatanan lingkungan karena kegiatan manusia atau oleh proses alam berakibat lingkungan kurang berfungsi. Pencemaran berakibat kualitas lingkungan menurun, sehingga menjadi fatal jika hal itu tak bisa dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya. Ini disadari, keadaan lingkungan yang ditata sebaik-baiknya untuk menjaga kehidupan kini dan mendatang. Perubahan ini bukannya menunjukkan perkembangan yang optimis dan mengarah pada tuntutan zaman, namun malahan sebaliknya.
Kemunduran yang seperti itu dimulai dari sebuah gejala pencemaran dan kerusakan lingkungan yang belum begitu nampak. Pencemaran itu lebih banyak terjadi karena limbah pabrik yang masih murni, dan mereka belum melalui proses waste water treament atau pengolahan. Dampaknya pada lingkungan secara umum, jelas sangat merusak dan berakibat fatal bagi lingkungan secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran bahwa setiap kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Kita perlu memperkirakan pada perencanaan awal suatu pembangunan yang akan kita lakukan. Sehingga dengan cara demikian maka dapat dipersiapkan dapat dipersiapkan pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya dan mengupayakan dalam bentuk pengembangan positif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan tersebut.
Kebijaksanaan lingkungan ditujukan kepada pencegahan pencemaran. Sarana utama yang diterapkan adalah pengaturan dan instrumen ekonomik. Sarana pengaturan sifatnya tradisional dan biasanya berupa izin serta persyaratan pemakaian teknologi pencemaran. Instrumen ekonomik merupakan hal yang relatif baru. Contohnya: pungutan (charges) pencemaran udara dan air serta uang jaminan pengembalian kaleng atau botol bekas (deposit fees). Mulanya pencemaran diakibatkan dampak teknologi buatan manusia atau hasil produksi yang sudah tidak bisa dimanfaatkan. Akibat pengembangan industri, sistem transportasi, permukiman akan menimbulkan sisa buangan, gas, cair dan padat yang jika dibuang ke lingkungan hidup akan menimbulkan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia.
Proses perkembangan teknologi, pembangunan dan peningkatan populasi (jumlah banyaknya penduduk) selama dekade-dekade terakhir mengakibatkan berlipatnya aktivitas manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok kehidupannya. Aktivitas manusia itu sendiri merupakan sumber pencemaran yang sangat potensial. Di samping adanya sumberdaya alam, alam air dan tanah, udara adalah sumberdaya alam yang mengalami pencemaran sebagai akibat sampingan dari aktivitas manusia itu. Selain dari aktifitas manusia, proses alami, seperti misalnya kegiatan gunung berapi, tiupan angin terhadap lahan gundul berdebu dan lain sebagainya juga merupakan sumber dari pencemaran udara.
Menurut sifat penyebaran bahan pencemarannya, sumber pencemar udara dapat dikelompokkan ke dalam, sumber pencemar udara dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu sumber titik, sumber area, sumber bergerak. Sumber titik dan area dapat dijadikan satu kelompok, sehingga pengelompokannya menjadi dua, yakni sumber stationer dan sumber bergerak. Termasuk ke dalam sumber stationer adalah kegiatan rumah tangga, industri, pembakaran sampah, letusan gunung berapi. Sedangkan sumber bergerak adalah kendaraan angkutan.
Konsentrasi bahan pencemar yang terkandung dalam udara bebas dipengaruhi banyak faktor, yaitu konsentrasi dan volume bahan pencemar yang dihasilkan suatu sumber, sifat khas bahan pencemar, kondisi metereologi, klimatologi, topografi dan geografi. Sehingga tingkat pencemara udara sangat bervariasi baik terhadap tempat maupun waktu. Bahan pencemar udara digolongkan dalam dua golongan dasar, yaitu partikel dan gas. Dari banyak jenis gas yang berperan dalam masalah udara adalah SO 2, NO 2, CO, Oxidan, Hydrocarbon, NH 3 dan H2. Dalam konsentrasi yang berlebih, gas-gas tersebut sangat berbahaya bagi manusia dan hewan, tanaman dan material, dan berbagai gangguan lain. Melihat kondisi pencemaran itu, adalah penting bagi kita untuk menyadari bahwa ini ancaman yang serius bagi manusia. Karenanya pengetahuan lingkungan perlu ditingkatkan guna mencapai kesadaran masyarakat.
Pengendalian Pencemaran
Salah satu akibat yang paling pasti dari adanya pencemaran adalah perubahan tatanan lingkungan alam atau ekosistem yang sebelumnya secara alami telah terjadi. Akibat lainnya adalah tidak atau kurang berfungsi satu atau beberapa elemen lingkungan dikarenakan kegiatan manusia yang mengakibatkan pencemaran tersebut. Akibat lain, dan ini barangkali yang paling fatal adalah, menurunnya kualitas sumberdaya dan kemudian tidak bisa dimanfaatkan lagi.
Dengan akibat-akibat seperti itu maka sudah tidak bisa ditunda lagi bahwa pencemaran haruslah, tidak sekedar dihindari, akan tetapi diperlukan juga tindakan-tindakan preventif atau pencegahan. Pencegahan terhadap pencemaran merupakan upaya yang sangat besar bagi penyelamatan masa depan bumi, air dan udara di dunia ini. Sebelumnya, pencemaran memang sudah banyak sekali terjadi. Tidak hanya di negara maju di mana industrialisasi sudah mencapai puncaknya, namun juga di negara-negara yang sedang berkembang di mana proses dan praktek industrialisasi mulai diterapkan. Dengan demikian, industrialisasi yang tidak memenuhi standar kebijaksanaan lingkungan hidup adalah faktor utama mengapa pencemaran terjadi.
ini adalah contoh industrialisasi
Dengan menyadari bahwa setiap kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, maka perlu dengan perkiraan pada perencanaan awal, sehingga dengan cara demikian dapat dipersiapkan langkah pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya dan mengupayakan pengembangan dampak positif dari kegiatan tersebut. Sehubungan dengan itu, maka diperlukan analisis mengenai dampak lingkungan sebagai proses dalam pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana kegiatan.
Pencemaran pada sungai misalnya, harus dihindari dan dicegah karena sungai merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlebih lagi karena sungai adalah sumber air yang digunakan untuk makan dan minum bagi makhluk hidup. Di samping itu, sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam pembangunan nasional. Karena itu pemerintah hendaknya memperhatikan pelestarian sungai. Pelestarian sungai dari pencemaran meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas kerusakan dari sifat aslinya. Misalnya dengan dikeluarkannya PP No. 35 tahun 1991 tentang sungai, sebagai pelaksanaan UU No 11/1974 tentang pengairan, maka peraturan itu bisa digunakan sebagai pedoman dalam rangka menjalankan aktivitas yang pada akhirnya mengancam bahaya kelestarian sungai. Hal ini berpedoman pada prinsip bahwa air dalam sungai akan bisa menjadi sumber malapetaka.
ini adalah gambar dari pencemaran sungai
Pencemaran akibat industri misalnya, merupakan hal yang harus dihindari karena, baik polusi udara yang diakibatkannya maupun buangan limbah hasil proses pengelolahan barang mentahnya sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Jika industrialisasi merupakan proyek pembangunan yang tak bisa dihindari guna kemajuan manusia, maka setidaknya harus ada landasan bagaimana industriaisasi yang tak merugikan. Pencegahan pencemaran industri dimulai dari tahap perencanaan pembangunan maupun pengoperasian industri. Hal tersebut meliputi pemilihan lokasi yang dikaitkan dengan rencana tata ruang; studi yang menyangkut pengaruh dari pemilihan industri terhadap kemungkinan pencemaran dengan melalui prosedur AMDAL maupun ANDAL; pemilihan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi; dan yang lebih penting lagi adalah pemilihan teknologi yang tepat guna proses pengelolahan limbah industri termasuk daur ulang dari limbah tersebut. Hal ini penting mengingat kebutuhan kelestarian lingkungan yang ada di sekitarnya.
Dalam UU No. 23/1997 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) pasal 14 ayat 2 dinyatakan bahwa di samping ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup, ketentuan mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan PP. Mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran, dalam pasal 17 UULH dinyatakan bahwa: Ketentuan tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan hidup beserta pengawasannya yang dilakukan secara menyeluruh dan atau secara sektoral ditetapkan dengan Peraturan Perundangan. Dengan melihat kepedulian pemerintah dalam hal penyelamatan lingkungan hidup, maka masyarakat pun harus mendukung sekaligus mengontrol dari pelaksanaan berbagai kebijakan itu. Sebab yang demikian inilah yang disebut sebagai partisipasi dari kesadaran masyarakat.

Senin, 12 November 2012

MORFOLOGI LALAT "BAB5"

"Pada pertemuan kali ini saya memilih untuk membahas tentang lalat, kenapa saya memilih lalat?
karena saya dendam karena pasukan mereka sering mengganggu tidur siang saya di musholla saat bolos kuliah, (semoga tidak ada UU Pencemaran nama baik untuk sang lalat).

diatas adalah perkenalan agar sang pembaca setia tidak bosan akan artikel ini ^^
Baiklah, sekarang saatnya untuk membahas tentang MORFOLOGI LALAT atau bisa dibilang kehidupannya.

I. PENDAHULUAN
Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, typhus perut, diare
dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Penularan
penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi.
Merupakan tempat menempelnya micro-organisme penyakit yang kemudian lalat tersebut
hinggap pada makanan. Oleh karena demikian besar penyebaran penyakit yang dapat
ditularkan melalui lalat, maka perlu dilakukan penngendalian lalat dengan cermat.
Lalat banyak jenisnya tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah
(Musca domestica), lalat hijau (lucilia seritica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat
latirine (Fannia canicularis).
Dari beberapa jenis yang disebutkan di atas lalat rumah sudah dikenal sejak lama sebagai
pembawa penyakit. Lalat rumah ini tersebar merata di berbagai penjuru dunia.

II. BIOLOGI

1. Siklus Hidup Lalat
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan
dewasa.
ini adalah siklus kehidupan lalat

Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm
panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu
8–16 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C).
Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm.
Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin
guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna
coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada
musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, Kemudian akan keluar lalat muda dan
sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat
dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang
agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi,
pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali.
Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa
sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat
akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.

2. Makanan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari. Serangga ini
sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan,
kotoran manusia dan hewan ,darah serta bangkai binatang Sehubung dengan bentuk
mulutnya, lalat hanya dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasagi oleh lidahnya
terlebih dahulu barudihisap air merupakan hal yang dalam hidipanya, tanpa air lalat hanya
hidup 48 jam saja.
Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari.

ini adalah gambar dimana dia menghisap sebuah makanan sisa (kaya gembel pinggir jalan ya -.-')



3. Tempat perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang,
tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif (dikandang).
a) Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada kotoran hewan yang
lembab dan masih baru (normal nya lebih kurang satu minggu).
b) Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
Disamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah, sisa makanan, buahbuahan
yang ada didalam rumah maupun dipasar.
c) Kotoran Organik
Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah dan makanan ikan
adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembang biaknya lalat.
d) Air Kotor
a) Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang terbuka.


ini adalah TPA dimana kerajaan lalat menguasai tempat ini


4. Ekologi lalat dewasa
Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai karier penyakit
dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan. Lalat dewasa aktif pada
siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun mereka
dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.
a) Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam.
Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada
siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput
dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan
makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik.
Didalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak
aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5
(lima) meter.
b) Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat meperupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada
malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada
lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan
meningkat jumlahnya pada temperatur 20 º C – 25 º C dan akan berkurang jumlahnya
pada temperatur < 10 º C atau > 49 º C serta kelembaban yang optimum 90 %.
c) Perilaku dan perkembangbiakan
Pada siang hari lalat bergelombol atau berkumpul dan berkembang biak di sekitar sumber
makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban.
Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35º-40ºC, kelembaban 90%. Aktifitas
terhenti pada temperatur < 15ºC.


III. ASPEK KESEHATAN

A. Gangguan Kesehatan
LALAT SEBAGAI BINATANG PENGGANGGU TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
Lalat banyak sekali jenisnya dan yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat
rumah (Musa domestica), lalat hijau (lucilia) , lalat biru (calliphora vomituria) dan lalat latrine
(Fannia canicularis).
Dari beberapa jenis yang disebutkan diatas lalat rumah tertentu pemakan makanan yang
berbau busuk biasa dia memakan bahan berbentuk cairan seperti : Sirup, Susu, buah-buahan
dan sayuran yang basah dan membusuk, sputum, kotoran, air dia juga mencemari makanan
pada kulit/tubuh yang basah seperti mulut, lubang hidung, mata pada luka serta pada daging
kemudian lalat hinggap pada keju, gula, dan makanan lain lalat memakan makanan kering
dengan bantuan dia mengeluarkan air liurnya yang mengandung penyakit kemudian
dihisapnya kembali makanan tadi hingga lalat sudah dikenal sejak lama sebagai pembawa
penyakit.
Lalat rumah ini tersebar merata di berbagai penjuru dunia, beberapa penyakit yang ditularkan
melalui makanan oleh lalat ini seperti disentri, kholera, typhoid, diare gatal-gatal pada kulit.
Penyakit tersebut disebabkan karena sanitasi lingkungan yang buruk Penularan ini terjadi
secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi merupakan tempat
menenmpelnya micro organisme penyakit perut kemudian hinggap pada makanan.
Lalat Rumah, lalat hijau, lalat biru dapat membawa kuman dari sampah atau kotorannya
kepada makanan dan menimbulkan penyakit bawaan makanan. Lalat membawa bacteri pada
tubuh dan kaki-kakinya, Sewaktu lalat menikmati makanan ia akan mencemari makanan
melalui cairan yang dikeluarkan oleh makanan yang dicerna dan masuk kembali kedalam
permukaan makanan . Bila lalat terlampau banyak maka lalat dapat membuang kotoran
diatas makanan, sehingga makanan menjadi tercemar oleh telor atau larva lalat, ada juga
gangguan kenyamanan merusak pemandangan geli/jijik, gatal-gatal pada kulit, menimbulkan
tidak nyaman akhirnya napsu makan berkurang, selain itu dari segi estitika terkesan jorok
akibatnya dapat menjadi sumber complain bagi tamu karena dianggap telah menjual
makanan yang kotor.
Lalat pengganggu umumnya mati dengan insektisida berupa tepung atau semprotan yang
dapat memusnakan telor, Lalat dewasa dan larvanya. Jika penggunaan insektisida semprotan
yang berizin akan menimbulkan sisa atau iresidu, tentu saja penanganannya harus hati-hati
terutama ditempat pengolahan makanan karena bahan kimia (pestisida selain mencemari
makanan langsung juga akan mencemari peralatan atau terhirup langsung bila tidak hati-hati
sewaktu penyemprotan oleh sebab itu peralatan orang dan makanan harus jauh dan
peralatan/makanan diletakkan ditempat tertutup, karena perlu dipertimbangkan faktor
keamanannya bila mana akan menggunakan perusahaan pemberantas hama (pest control)
swasta. Pengetahuan tentang racun dan insektisida, kebiasaan dari lalat serta resiko
pencemaran harus diketahuinya dengan baik.
Lalat mengandalikan insting tertarik pada bau-bau yang has yaitu pada sampah yang
membusuk, telur-telur lalat perlu waktu 1 (satu) hari untuk menetasnya larva dan diperlukan
waktu 3 –5 hari untuk berubah dari larva menjadi pupa atau kepompong dan pada hari ke 7
(tujuh) pupa tersebut berubah bentuk menjadi lalat dewasa, maka untuk memutuskan siklus
hidup, penumpukan sampah oleh karena peranan yang demikian besar dalam penyebaran
penyakit dan khususnya yang dapat ditularkan melalui makanan, peralatan, penjamah, dan
tempat dimana makanan tersebut berada perlu mendapat pengawasan yang cermat terhadap
lalat sehingga tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia.
B. Penyakit yang ditularkan oleh lalat serta gejala-gejalanya
1. Desentri penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari
sampah, kotoran manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian
tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran
tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul
gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran
darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push.
2. Diare cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut,
lemas dan pecernaan terganggu.
3. Typhoid cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut,
sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.
4. Cholera penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam,
dehydrasi.
C. Epidemiolagi:
1. Cholera yang tersebar diseluruh dunia tidak terganggu pada iklim, Hygiene perorangan
yang buruk serta sanitasi lingkungan yang rendah mempunyai pengarah langsung
terhadap “Incidence“ cholera. Penyediaan air bersih yang memadai mencegah kontak
lalat atau lipas terhadap makanan dan minuman serta pelaksanaan karantina bagi
penderita cholera dapat mengurangi kejadian cholera zizuepidemi cholera disuatu daerah.
2. Disentry basiller seperti halnya clolera, desentri basiler berkaitan langsung dengan
kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan, di Indonesia penyakit ini sering terjadi
pada pemukiman yang dengan kualitas pemukiman yang buruk dan selain itu penyakit
sering menyerang dan terjadi pada anak-anak.
3. Desentri amoeba hampir ditemukan diseluruh dunia terutama didaerah tropik dan
daerah beriklim sedang. Di Indonesia desentri amoeba banyak ditemukan dalam keadaan
idemis, prevalensinya berkisarar antar 10–80% hal ini berhubungan dengan cara
penularan yang begitu mudah dan cepat melalui kontaminasi makanan atau minuman
oleh kista matang dan kebersihan perorangan yang buruk.
ini adalah siklus yang biasa terjadi bila tidak memperhatikan makanan kita

IV. TINDAKAN PENGENDALIAN

A. PERBAIKAN HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN
1) Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.
a) Kandang ternak
- Kandang harus dapat dibersihkan
- Lantai kandang harus kedap air ,dan dapat disiram setiap hari
b) Peternakan / kandang burung
- Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar,
kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
- Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval dapat
dibersihkan.
c) Timbunan pupuk kandang
- Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah permukaan pada temperatur
tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. tumpukan pupuk tersebut dapat
ditutup dengan plastik atau bahan lain lain yang anti lalat.
- Cara ini dapat mencegah lalat untuk bertelur juga dapat membunuh larva dan pupa
karena panas yang keluar dari prases komposting dapat memperpendek lalat untuk
keluar.
- Pupuk kandang yang dibuang ke tanah Pemukaan pada alasnya perlu dilengkapi
dengan pancuran/pipa sekelilingnya, untuk mencegah perpindahan larva ke pupa
dibawah tanah dalam tumpukkan pupuk tersebut. Pada cuaca panas, pupuk
mungkin dapat menyebar ke bawah tanah dan menjadi kering sebelum lalat
mempunyai waktu untuk berkembang.
d) Kotoran Manusia
Tempat berkembang biak lalat di pembuangan kotoran (jamban) terbuka dapat
dicegah dengan :
?Membuat Slab yang dapat menutup lubang penampungan kotoran.
?Jamban perlu dilengkapi dengan :
1. Leher angsa untuk mencegah bau dan kotoran tidak dihinggapi lalat.
2. Pipa hawa (ventilasi) dilengkapi dengan kawat anti lalat.
3. Bila air pada leher angsa tidak baik sambungan penutup tidak rapat.
4. Mungkin kebocoran sampai merembes pada lubang jamban.
5. Pemasangan ventilasi pada lubang jamban dan juga menghilangkan tempat
perindukan lalat.
6. Buang kotoran di sembarang tempat dapat sebagai tempat perindukan lalat
kebun (Musa Sorbens)
Ini merupakan problem dimana kelompok besar dari masyarakat misalnya
pengungsi, tinggal bersama sementara di pengungsian. Perlu jamban yang
cocok untuk tempat pengungsian.
7. Bila fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat
melakukan buang air besar ± 500 meter pada arah angin yang tidak mengarah
ke dekat tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari
sumber air bersih. ini dapat menghilangkan sejumlah lalat didalam lokasi
penampungan pengungsi.
8. Kemudahan untuk menghilangkab kotoran di tempat pengungsian adalah
dengan membuat lubang penampungan dan menutupnya dengan tanah secara
berlapis, kemungkinan peningkatan perkembangan lalat pelan-pelan secara
bertahap dapat ditekan.
e) Sampah basah dan sampah Organic
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik
dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistim pengumpulan dan
pengangkutan sampah dari rumah–rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau
dibuang ke lubang sampah, Dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang
dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai tidak menjadi tempat
berkembang biaknya lalat. Lalat adalah mungkin dapat berkembang biak di tempat
sampah yang permanen dan tertutup rapat. Dalam iklim panas larva lalat ditempat
sampah dapat menjadi pupa dalam waktu hanya 3–4 hari. Untuk daerah tertentu,
sampah basah harus dikumpulkan paling lambat 2 kali dalam seminggu.
Bila tong sampah kosong adalah penting untuk dibersihkan sisa-sisa sampah yang
ada di dasar tong Pembuangan sampah akhir dibuang ketempat terbuka perlu
dilakukan dengan pemadatan sampah dan ditutup setiap hari dengan tanah merah
setebal 15 – 30 cm . hal ini untuk penghilangan tempat perkembang biakan lalat,
Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus ± beberapa km dari rumah
penduduk.
f) Tanah Yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, tangki septik dan
rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor.
Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi
perlu dipelihara dengan baik, Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat
dikurangi.
Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan
pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk
dibersihkan.
2) Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Dalam komdisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari makanan ikan dan tepung tulang,
sirop gula, tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang manis khususnya mangga.
Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat ddicegah dengan melakukan :
- Kebersihan lingkungan
- Membuat saluran air limbah (SPAL)
- Menutup tempat sampah
- Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang
dengan alat pembuang bau (Exhaust)
3) Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman
penyakit
- Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia , bangkai binatang,
sampah basah, lumpur organik, maupun orang sakit mata.
- Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung
kuman, adalah dengan :
?Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak
dengan kotoran.
?Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang sakit dan
penderita sakit mata.
?Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan dan
bangkai binatang.
4) Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat
Untuk melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat dapat
dilakukan dengan :
- Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat,
- Makanan disimpan di lemari makan
- Makan perlu dibungkus
- Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
- Pintu dipasang dengan sistim yang dapat menutup sendiri
- Pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat
- Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat digunakan untuk :
- Menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya
- Menutup makanan atau peralatannya
- Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
- Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.
B. Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara fisik, cara
kimiawi dan cara biologi.
1) Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi kurang efektif
apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada
skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang
menjual daging, sayuran, serta buah-buahan .
(a) Perangkap Lalat (Fly Trap)
Lalat dalam jumlah yang besar/padat dapat ditangkap dengan alat ini. Tempat yang
menarik lalat untuk berkembang biak dan mencari makan adalah kontainer yang gelap
Bila lalat mencoba makan terbang maka/mereka akan tertangkap dalam perangkap
dalam perangkap yangdiletakkan dimulut kontainer yang terbuka itu. Cara ini hanya
cocok digunakan di luar rumah sebuah model perangkap akan terdiri dari kontainer
plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar
diatas penutup. Celah selebar 0,5cm antara sangkar dan penutup tersebut memberi
kelonggaran kepada lalat untuk bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi
separo dengan umpan, yang akan luntur tekstur & kelembabannya. Tak ada air
tergenang dibagian bawahnya. Dekomposisasi sampah basah dari dapur adalah yang
paling cocok, seperti sayuran hijau, sereal, dan buah-buahan.
Setelah tujuh hari, umpan akan berisi larva dalam jumlah yang besar dan perlu dirusak
serta diganti. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan segera mati dan umumnya terus
menumpuk sampai mencapai puncak serta tangki harus segera dikosongkan, Perangkap
harus ditempatkan di udara terbuka dibawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan
pepohonan.
(b) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)
Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap, menarik lalat karena kandungan
gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi
beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang terperangkap.
(c) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji yang
bermuatan listrik yang menutupi. Sinarbias dan ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies)
tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah kondisi
setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang digunakan didapur rumah
sakit dan restoran.
(d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang angin/
ventilasi.
(e) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua
merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri.

Sekian artikel menghina lalatnya, karna saya juga kasian akan kehidupan lalat yang sepertinya tidak diterima penduduk manusia.
mohon maaf bila terdapat kata yang bersangkutan,menghina,mengucilkan, atau kurang baik. karna semata-mata mengihibur artikel ini.
sekian terima kasih
TTD: MAHASISWA GUNADARMA

Kamis, 08 November 2012

DENDENG SAPI "BAB II"


Pendahuluan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Daging adalah urat yang melekat pada kerangka kecuali urat dari bagian bibir, hidung dan telinga dari hewan yang sehat sewaktu dipotong. Daging terdiri dari otot, jaringan penghubung dan jaringan lemak.
Daging merupakan salah satu bahan pangan bergizi tinggi disamping telur, susu dan ikan. Daging mengandung protein, lemak, mineral, air serta vitamin dalam susunan yang berbeda tergantung jenis makanan dan jenis hewan. Hewan yang berbeda mempunyai komposisi daging yang berbeda pula.
Komposisi daging terdiri dari 75% air, 18% protein, 4% protein yang dapat larut (termasuk mineral) dan 3% lemak. Ternak rata-rata menghasilkan karkas (bagian badan hewan) 55%, macam-macam hasil sampingan 9%, kulit 6% dan bahan lainnya 30%. Daging yang baik ditentukan oleh warna, bau, penampakan dan kekenyalan. Semakin daging tersebut lembab atau basah serta lembek (tidak kenyal) menunjukan kualitas daging yang kurang baik.
Pengawetan daging merupakan suatu cara menyimpan daging untuk jangka
waktu yang cukup lama agar kualitas maupun kebersihannya tetap terjaga. Tujuan pengawetan adalah menjaga ketahanan terhadap serangan jamur (kapang), bakteri, virus dan kuman agar daging tidak mudah rusak. Ada beberapa cara pengawetan yaitu: pendinginan, pelayuan, pengasapan, pengeringan, pengalengan dan pembekuan. Usaha pengawetan daging diperlukan untuk memenuhi selera atau kebutuhan konsumen serta mempermudah dalam pengangkutan.
Pengawetan dengan cara pengeringan dilakukan dengan penambahan garam, gula dan bahan kimia seperti nitrat (NO3) dan nitrit (NO2). Penambahan garam, untuk pengawetan daging kira-kira sepersepuluh dari berat daging. Disamping sebagai pengawet, garam juga berfungsi sebagai penambah rasa.

1. Pengawetan Daging
Dendeng merupakan salah satu produk awetan daging tradisional yang sangat populer di Indonesia. Dendeng adalah lembaran daging yang dikeringkan dengan menambahkan campuran gula, garam, serta bumbu-bumbu lain.
Selain mengandung protein tinggi, dalam dendeng terdapat beberapa kandungan mineral seperti kalsium, fosfor, dan besi. Masa simpannya yang lebih lama dibanding daging sapi, membuat dendeng dapat dikonsumsikan ke daerah-daerah yang sangat kurang makanan.
Dendeng dapat dibuat dari berbagai jenis daging ternak. Namun, yang umum dijumpai di pasaran adalah dendeng sapi. Belakangan ini juga mulai dikenal dendeng ikan, udang, bekicot, dan bahkan keong emas. Jenis ikan yang biasa diolah menjadi dendeng adalah ikan air tawar (mujair, nila, dan belut) dan ikan air laut (japuh, kuning, tembang, kakap, dan layaran).
Ditinjau dari cara pembuatannya, dendeng dapat dikelompokkan menjadi dendeng sayat dan dendeng giling. Dendeng sayat adalah daging yang disayat tipis-tipis yang setelah direndam dalam bumbu kemudian dikeringkan, sedang dendeng giling adalah daging yang dicetak dalam bentuk lembaran tipis setelah digiling dan ditambah bumbu-bumbu kemudian dikeringkan.
Pada proses pembuatan dendeng, umumnya ditambahkan bumbu-bumbu, seperti lengkuas, ketumbar, bawang merah, lada, dan bawang putih. Selain itu juga ditambahkan gula dan garam. Penambahan gula kelapa dan rempah-rempah pada dendeng memberikan sifat flavor yang khas, dengan demikian dendeng dapat dibedakan dengan produk tradisional daging semi basah lain, seperti pemmican, biltong, dan jerky.
Dendeng merupakan hasil industri rumah tangga yang telah diterima luas oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Produk sejenis dendeng juga dihasilkan di negara-negara lain di Asia. Pada prinsipnya dendeng adalah hasil dari suatu proses kombinasi antara kuring daging dan pengeringan.

2. Kuring Daging
Daging segar jika dipotong mula-mula berwarna ungu, tetapi lama-kelamaan permukaannya segera berubah menjadi merah terang dan akhirnya coklat. Terbentuknya warna coklat ini sering digunakan sebagai petunjuk menurunnya mutu daging.
Daging yang dikehendaki adalah yang selalu dalam keadaan segar dan berwarna merah ceri. Jika warnanya tidak lagi merah, hilanglah pesona daging tersebut. Upaya mempertahankan warna merah daging dilakukan dengan kuring.
Kuring merupakan suatu cara perlakuan pendahuluan pada daging segar sebelum proses pengawetan selanjutnya dilakukan, seperti untuk pembuatan daging corned (corned beef), daging asap (smoked beef), dendeng (dried meat), sosis, dan lain-lain. Daging yang telah dikuring disebut sebagai green cured meat. Proses kuring bertujuan mengawetkan, mempersiapkan daging pada penggunaan berikutnya, menghambat pertumbuhan mikroba, serta untuk menimbulkan rasa dan flavor yang enak.
Proses kuring adalah proses penambahan garam, gula, dan sendawa (salpeter). Sendawa mengandung nitrat, yaitu dalam bentuk natrium nitrat atau kalium nitrat. Jumlah sendawa yang digunakan 200 mg dalam setiap kilogram daging. Penggunaan sendawa secara berlebih dapat menyebabkan terbentuknya senyawa nitrosamin (hasil reaksi antara nitrit dengan amin dari protein) yang bersifat karsinogenik (dapat memicu timbulnya kanker).
Dalam proses kuring, garam dapur berfungsi sebagai pengawet (ion klorida bersifat antibakteri) dan pembangkit cita rasa, pemakaian garam sekitar 2-3 persen dari berat daging. Gula berfungsi mengurangi rasa asin yang berlebihan akibat penambahan garam, membentuk rasa yang spesifik, serta memperbaiki aroma dan tekstur daging.
Selama proses kuring berlangsung, garam nitrat akan direduksi menjadi nitrit oleh bakteri. Kemudian nitrit akan bereaksi dengan pigmen daging menimbulkan warna merah yang diinginkan, sekaligus untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
Kuring dapat dilakukan dengan cara basah atau cara kering. Kuring cara basah dilakukan dengan merendam daging yang akan dibuat dendeng dalam larutan kuring (campuran bahan kuring dengan air) selama periode waktu tertentu. Kuring cara kering dilakukan dengan membaluri daging dengan campuran bahan kuring. Dendeng yang dibuat dengan cara kuring kering memberikan hasil yang lebih empuk, kadar garam NaCl dan nitrat yang lebih tinggi, rasa dan warna yang lebih disukai, serta jumlah bakteri yang lebih kecil dibandingkan dengan dendeng yang diolah dengan kuring basah.

3. Proses kuring
Daging yang akan dikuring dibersihkan dari jaringan-jaringan lain yang tidak dikehendaki, kemudian dicuci bersih dan ditiriskan selama kira-kira 30 menit. Sementara itu, garam (20 gram), gula (20 gram), dan sendawa (200 mg) dicampurkan menjadi satu dalam keadaan kering. Campuran tersebut dibalurkan secara merata ke permukaan daging. Selanjutnya daging ditempatkan dalam baskom dan disimpan pada suhu kamar semalam. Sambil disimpan, daging dibolak-balik secara teratur agar warna merah seragam dan merata. Apabila diinginkan kuring cara basah, campuran kuring, air, dan daging direndam dalam campuran tersebut.

4. Bumbu Dendeng
Selain kesegaran dan mutu daging, bumbu merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas dan daya terima dendeng. Pembuatan dendeng di Indonesia umumnya menggunakan bumbu garam, gula, lengkuas, ketumbar, dan bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan lada dan bawang putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa gula merah maupun gula pasir. Campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk memperpanjang daya awet.
Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai daya antimikroba. Ketumbar dapat menimbulkan bau sedap dan rasa pedas yang gurih, sehingga bau tidak sedap pada dendeng dapat dihilangkan. Bawang putih dapat menimbulkan rangsangan tajam dan memacu selera makan. Gula menambah rasa manis dan kelezatan, mengurangi rasa asin berlebihan akibat penambahan garam, memperbaiki aroma dan tekstur daging. Gula juga berfungsi melunakkan produk dengan mengurangi penguapan.
5. Prosedur Pembuatan Dendeng
            Proses pembuatan dendeng belum dibakukan karena merupakan seni memasak yang bersifat rahasia. Namun demikian yang menguntungkan dalam pembuatan dendeng secara tradisional adalah produk disesuaikan dengan kebiasaan makan masyarakat didaerah dimana produk dibuat.
Bahan-bahan yang diperlukan:
*      daging 1 kg;
*      gula merah 2 ons,
*      ketumbar 5 s.t,
*      lengkuas, asam, garam dan bawang secukupnya.

  Pengeringan Dendeng
Dendeng tergolong dalam bahan makanan semi basah (intermediate moisture food), yaitu bahan pangan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, yaitu antara 15-50 %. Kadar air tersebut dapat dicapai melalui proses pengeringan daging yang telah dibumbui. Pengeringan dendeng dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan (artificial drying). Dibandingkan dengan pengeringan secara alami, pada pengeringan buatan, hasil yang diperoleh menjadi lebih bersih karena terhindar dari kontaminasi (serangga, debu, dll) dan proses dapat dikontrol dengan baik (tidak tergantung kepada keadaan cuaca).
Pada pengeringan dendeng, terik matahari atau suhu alat pengering tidak boleh terlalu panas karena permukaan dendeng akan menjadi retak-retak. Sebaliknya, bila sinar matahari kurang panas dan tidak terus-menerus akan menyebabkan kapang mudah tumbuh. Kecepatan pengeluaran air selama pengeringan dipengaruhi oleh luas permukaan, volume, dan bentuk potongan dagingnya. Potongan daging yang tebal ataupun suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya case hardening, yaitu suatu kondisi ketika bagian luar daging sudah kering, tetapi bagian dalamnya masih basah. Hal ini memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak, sehingga daya awet dendeng menjadi berkurang.

7. Penyimpanan Dendeng
            Pada pembuatan dendeng, faktor hygienis penting karena penurunan kadar air dan aktivitas air hanya mampu mempertahankan daya simpan, sedang kondisi penyimpanan memungkinkan mikroorganisme tumbuh terutama kapang /jamur.
Dendeng tahan terhadap mikroorganisme selama penyimpanan pada suhu kamar (15-200C) namun pada minggu ke-12 penyimpanan, jumlah jamur akan meningkat sedangkan pada suhu 300C peningkatan jumlah jamur terlihat pada minggu ke-4 penyimpanan (Purnomo, 1986). Apabila bahan kemasan, suhu dan kondisi penyimpanan kurang diperhatikan, maka daya awet produk akan menurun.